Sekilas tentang Azmi Snack : Dari Perantauan Malaysia ke Pedagang Sayur Keliling, Lahirnya Ide Keripik Tempe.


Aku lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah. Tahun 2001 aku memutuskan berangkat menjadi TKI di Malaysia. Saat itu, aku bekerja di sebuah pabrik onderdil kendaraan (piston) milik perusahaan Taiwan. Selama bertahun-tahun merantau, aku mengumpulkan pengalaman, tenaga, dan harapan untuk masa depan.

Pada bulan September 2004 aku pulang dan menikah dengan gadis Kebumen. Di kampung istriku, banyak pria yang juga perantau. Tapi aku memilih jalan berbeda—aku ingin mandiri di kampung sendiri, hidup bersama keluarga, membangun dari bawah.

Aku mulai berjualan Dawet Ayu Banjarnegara keliling pakai motor. Pekerjaan ini kujalani hingga anak pertamaku, Azmi, lahir. Setelah Azmi berusia 2 tahun, sekitar pertengahan tahun 2009, aku beralih usaha menjadi pedagang sayur keliling. Sayur-sayuran, tempe, bumbu dapur, jajanan pasar hingga ikan dan ayam semua kuangkut di rak motor khusus hasil modifikasi sendiri.

Tapi ada cerita unik soal anakku Azmi. Entah kenapa, dia sama sekali tidak doyan tempe, dimasak model apapun. Padahal, sebagai penjual sayur, aku seringkali punya sisa tempe yang tak terjual.

Pada awal tahun 2011, Azmi berusia sekitar 4 tahun. Suatu hari, aku dapat oleh-oleh keripik tempe dari seorang teman. Aku coba kasih ke Azmi, dan mengejutkan, dia mau makan dan malah doyan banget! Dari situ, timbul ide sederhana tapi berkesan: istri mulai mencoba membuat keripik tempe sendiri, secara otodidak, dari sisa tempe yang tidak terjual.

Ternyata, hasil buatan istri enak juga. Mulanya hanya camilan keluarga, tapi kemudian aku sengaja menyisakan tempe setiap hari untuk dibuat keripik. Aku coba jual bersama dagangan sayurku, tanpa bilang bahwa itu buatan sendiri—biar pembeli bisa jujur saat memberi penilaian.

Alhamdulillah, responnya positif. Para pelanggan suka. Tepat pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011, aku beranikan diri mengakui pada pelanggan bahwa keripik itu adalah hasil buatan aku dan istri. Sejak saat itu, aku mulai menawarkan keripik tempe ke warung-warung dan toko-toko kecil. Tapi jujur, saat itu aku belum cukup percaya diri untuk menjajakan ke pusat oleh-oleh atau minimarket. Kemasannya pun masih polos, belum pakai label.

Dalam dua tahun berjalan, alhamdulillah permintaan makin banyak. Istriku mulai kewalahan mengerjakan produksi sendirian. Maka, pada awal tahun 2013, aku memutuskan berhenti jualan sayur keliling dan memilih fokus bantu istri: produksi dan antar keripik tempe ke toko-toko.
"Foto ini adalah salah satu kenangan saat aku masih jadi pedagang sayur keliling. Sepeda Motor Supra fit warna biru itu, rak sayur buatan sendiri, dan semangat pagi hari menyapa pembeli satu per satu di jalan kampung."

Perjalanan belum selesai. Tapi dari sini semuanya dimulai.





Postingan populer dari blog ini

Kesan pertama ikut pelatihan UMKM: Dari awam jadi yakin bisa.

Keripik tempe